makna "cinta" yang lain
cita-citaku setinggi tanah, itu cinta. berungkali mencari dan mengartikan dari sebuah refleksi panjang hubungan. entah antar sesama, cara berdamai dengan diri kita sendiri atau hubungan intim kita dengan Tuhan.
entahlah, kesemua ini diawali pada sebuah kalimat tanya yang sedang mengganggu tidur sehingga membuatku terjaga "what the meaning of Love" apa sih arti cinta itu? bejibun penyair hingga yang mengaku dewa cintapun tak mampu memuaskan pencaarianku itu. dari kesemua itu hanyalah -sarat- ahhh tiada yang murni itu cinta seperti bayangku yang setia mengikuti.
selama ini, cinta yang kebanyakan orang yakini dan jalani adalah cinta berkebutuhan. Ya, cinta yang membutuhkan, bukan murni tapi bersarat.
begini, mungkin ini analisaku dengan alasan yang remeh temeh. contoh yang mudah dan sering kita alami adalah penggunaan kata cinta diantara kita, pacaran. selalu kuyakini hampir 90% cinta yang terjalin tak ubahnya hanya kepentingan dan selalu tentang untung-rugi. cinta berkebutuhan, cinta berkepentingan, cinta bersarat. seseorang bertahan dengan pasangannya tentu ada keuntungan yang didapat, buat apa mempertahankan sesuatu yang merugikan. mungkin dengan pasangannya tersebut nafsu dapat disalurkan, atau mungkin lagi pasangan kita memiliki fasilitas-fasilitas yang tidak kita miliki sehingga dengan alibi cinta kita dapat menggunakannya bersama-sama atau terkadang malah diberikan kepada kita.
sekarang, keadaannya dibalik, apabila keuntungan-keuntungan itu tidak ada, masihkah akan bertahan atau ber"cinta" dengannya???
hal demikian juga aplikasinya "cinta" kita kepada Tuhan. kita memaksakan diri dan melawan diri untuk berusaha seolah-olah cinta, seolah-olah taat, hanya karena takut dimasukkan neraka dan ingin masuk syurga. kenapa tidak sekalian meminta syurga saja? kenapa harus kepada Tuhan? apakah engkau masih akan tunduk dan taat kepada Tuhan apabila Tuhan meniadakan syurga dan neraka? Tuhan tidak akan memberikan apa-apa kepada orang-orang yang saleh dan tidak pernah secuilpun menyiksa orang-orang yang berbuat dzalim. tentu banyak yang akan melakukan maksiat karena enak dan nikmat rasanya.
aku sedang membayangkan, apakah Kekasih Tuhan, Muhammad sedang duduk santai bersama Tuhan di Arsy tertawa atau justru menangis ironis. ummatnya yang digadang-gadang menjadi ummat manusia "khoiru ummah" terbaik yang pantas menikmati syurga justru linglung dengan persoalan semacam ini, yaitu makna cinta. bukankah "innamal a'malu binniyat" segala amal tergantung niatnya. jika kita beribadah sholat malam menolong orang karena hanya ingin syurga, kenapa tidak kita TUhankan saja syurga sekalian.
bagaimanapun caranya, niatkan hanya karena Allah semata, biarkan syurga dan neraka urusan Tuhan, kenapa manusia begitu repot menjadi juri untuk kedua tempat itu siapa yang pantas. ahh manusia memang melebihi Tuhan..
cinta citaku setinggi tanah, tak bisa dinilai dengan apapun, tanpa alasan, tanpa sarat.
entahlah, kesemua ini diawali pada sebuah kalimat tanya yang sedang mengganggu tidur sehingga membuatku terjaga "what the meaning of Love" apa sih arti cinta itu? bejibun penyair hingga yang mengaku dewa cintapun tak mampu memuaskan pencaarianku itu. dari kesemua itu hanyalah -sarat- ahhh tiada yang murni itu cinta seperti bayangku yang setia mengikuti.
selama ini, cinta yang kebanyakan orang yakini dan jalani adalah cinta berkebutuhan. Ya, cinta yang membutuhkan, bukan murni tapi bersarat.
begini, mungkin ini analisaku dengan alasan yang remeh temeh. contoh yang mudah dan sering kita alami adalah penggunaan kata cinta diantara kita, pacaran. selalu kuyakini hampir 90% cinta yang terjalin tak ubahnya hanya kepentingan dan selalu tentang untung-rugi. cinta berkebutuhan, cinta berkepentingan, cinta bersarat. seseorang bertahan dengan pasangannya tentu ada keuntungan yang didapat, buat apa mempertahankan sesuatu yang merugikan. mungkin dengan pasangannya tersebut nafsu dapat disalurkan, atau mungkin lagi pasangan kita memiliki fasilitas-fasilitas yang tidak kita miliki sehingga dengan alibi cinta kita dapat menggunakannya bersama-sama atau terkadang malah diberikan kepada kita.
sekarang, keadaannya dibalik, apabila keuntungan-keuntungan itu tidak ada, masihkah akan bertahan atau ber"cinta" dengannya???
hal demikian juga aplikasinya "cinta" kita kepada Tuhan. kita memaksakan diri dan melawan diri untuk berusaha seolah-olah cinta, seolah-olah taat, hanya karena takut dimasukkan neraka dan ingin masuk syurga. kenapa tidak sekalian meminta syurga saja? kenapa harus kepada Tuhan? apakah engkau masih akan tunduk dan taat kepada Tuhan apabila Tuhan meniadakan syurga dan neraka? Tuhan tidak akan memberikan apa-apa kepada orang-orang yang saleh dan tidak pernah secuilpun menyiksa orang-orang yang berbuat dzalim. tentu banyak yang akan melakukan maksiat karena enak dan nikmat rasanya.
aku sedang membayangkan, apakah Kekasih Tuhan, Muhammad sedang duduk santai bersama Tuhan di Arsy tertawa atau justru menangis ironis. ummatnya yang digadang-gadang menjadi ummat manusia "khoiru ummah" terbaik yang pantas menikmati syurga justru linglung dengan persoalan semacam ini, yaitu makna cinta. bukankah "innamal a'malu binniyat" segala amal tergantung niatnya. jika kita beribadah sholat malam menolong orang karena hanya ingin syurga, kenapa tidak kita TUhankan saja syurga sekalian.
bagaimanapun caranya, niatkan hanya karena Allah semata, biarkan syurga dan neraka urusan Tuhan, kenapa manusia begitu repot menjadi juri untuk kedua tempat itu siapa yang pantas. ahh manusia memang melebihi Tuhan..
cinta citaku setinggi tanah, tak bisa dinilai dengan apapun, tanpa alasan, tanpa sarat.
Komentar