Tentang Menjadi Kebahagiaanmu?


Apabila aku tak mampu membuatmu tersenyum, dan orang lain bisa lebih membuatmu bahagia daripada saat bersamaku, aku bisa apa, Ketika kamu bertemu seseorang yang mampu membuatmu lebih tenang dan bijaksana dalam menghadapi gelapnya permasalahan hidup, sedangkan aku hanya mampu berdo'a. Mungkin itu yang memang benar-benar kamu butuhkan. Seseorang dengan cinta yang terlanjur keras kepala kepadamu. Sedangkan aku hanya bisa memperhatikanmu dari kejauhan setelah kamu memilih pergi.

Kamu memang selalu benar, seolah-olah mengerti apa yang akan terjadi apabila terus bersamaku. Ya, kamu memang tak pernah membutuhkanku. Kamu butuh orang yang mencintaimu dengan keras, menyayangimu dengan jujur dan tentu saja keras kepala untuk membahagiakanmu. Kamu mungkin memilih seseorang yang mampu membuatmu bersyukur tiada terkira karena keberadaanya membuatmu merasa dicintai. Seseorang yang rela membangunkanmu di pagi hari dengan sepiring nasi goreng telur ceplok dan kopi kental kesukaanmu. Atau seseorang yang mampu menjadikan setiap keindahan dirimu menjadi bait-bait puisi yang mampu membuatmu salah tingkah dan senyum-senyum sendiri. Jika benar demikian, kamu tak salah memilih pergi.

Tak ada yang lebih mulia dan penting di dunia ini selain menjamin kebahagiaanmu. Jika ia selalu mampu menghadirkan senyum paling tentram yang terpancar dari mata indahmu, aku akan diam. Jika ia selalu membuatmu tertawa keras penuh keceriaan, aku rela pergi darimu. Jika ia selalu menjadikan kebahagiaan dirimu satu-satunya dan yang paling utama, aku mendoakan kebahagiaan kalian.

Dan aku kini yakin. Ia memang akan lebih membahagiakan dirimu seribu kali lebih baik daripada aku. Ia tak hanya menebar kata-kata indah nan puitis, atau menebar janji-janji yang tak jelas terwujudnya, melainkan ia menggenapi pengharapanmu menjadi nyata. Ia bukan tipe seseorang yang suka menggombal, kecuali memang ia lakukan karena kamu layak untuk dipuja. Ia tidak akan menjadikanmu setelah nomor satu, apalagi menjadikanmu cadangan. Ia akan menjadikanmu satu-satunya dan yang utama. Jika sudah begitu, aku hanyalah angin sepoy di musim panas.

Kamu pernah bilang, “kamu juga harus bahagia”. Mungkin kamu berkata demikian untuk pemaklumanmu meninggalkanku. Kamu tidak perlu memikirkanku. Aku sanggup menjadi liyan, menjadi hal yang tak penting dan ditiadakan demi kebahagiaanmu.

Setelah kepergianmu, kamu tak perlu begitu memikirkanku. Mungkin dalam pikiranmu. Aku terlalu menye, genit dan suka menggoda setiap perempuan yang ada. Menganggap mereka memang bersedia dan berharap digoda. Tapi perempuan memang sangat layak untuk dipuja dan dibahagiakan.

Mungkin aku juga tidak bisa bersetia. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk itu dan selalu gagal. Tak ada seseorang yang tak ingin bisa bersetia, termasuk aku. Namun kesetiaan itu sendiri tak pernah mau menjadi karibku. Ia selalu memberontak dan menggoda untuk menuruti kemauanku. Aku tak menyalahkanmu jika kamu tak bisa menunggu aku benar-benar bisa bersetia.

Tapi, tak ada yang lebih mementingkan kebahagiaanmu daripada aku. Meskipun menjadikan itu nyata adalah hal paling utopis untukku.

Kamu memang dan harus untuk layak menjadi manusia paling bahagia. Jauh lebih bahagia daripada sekedar menahan diri dari segala cobaan bersama seseorang sepertiku. Seseorang yang tak jelas arah hidupnya, penakut, mata keranjang dan pemalas. Aku memang tak pantas. Kamu adalah cinta yang gagal aku pertahankan keberadaanya. Tak ada yang lebih serius dari ikhtiarku untuk membahagiakanmu.

Dan berkali-kali kubilang padamu, “yang penting kamu bahagia, aku gampang”. Karena manusia adalah air mata berjalan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku, Pesta dan Cinta : mengenang kembali Soe Hok Gie

Syakal dan I'jam

Sejarah Fatayat NU "Cabang Jepara"