Cerpen - Owo lan Owi

Pak Owo dan Pak Owi adalah kakak adik. Meskipun bukan dalam arti yang sebenarnya, mereka bukanlah saudara kandung, tapi Pak Owo dan Pak Owi pernah bersahabat baik serta berpasangan untuk sebuah misi. Misinya yaitu bersiap menggantikan posisi kepala desa Indobolon. Namun, setelah dua periode Kepala desa Indobolon, yaitu Pak Bey akan berakhir. Pak Owo dan Pak Owi tak lagi menjadi saudara seperti sebelum-sebelumnya. Kami pun warga desa dibuat tak menyangka atas sikap keduanya. Sekarang, tahun 2014 Pak Owo dan Pak Owi bersaing, berebut, saling sikut untuk menggantikan posisi Pak Kades Bey yang sifatnya sedikit cengeng.
***
Di desa kami, segalanya serba melimpah. Pertanian terhampar luas, padi berlimpah. Tapi sejak sebelum Pak Bey jadi kades, yaitu semenjak Pak Har memimpin sangat lama, tiga-puluhan tahun. Beliau lebih suka membeli beras dari luar desa, memproyekkan segalanya, menyerahkan tambang-tambang yang ada di ujung timur desa kami, yaitu tambang emas. Entahlah, apa yang dipirkan oleh Pak Har saat itu, semua dari carik hingga kepala RT semua dari keluarga Pak Har. Gegara hobi Pak Har, memproyekkan dan “menjual” desa kami. Warga mengalami kesusahan setelahnya, menaggung hutang yang kami sendiri tidak merasa meminjamnya. Begitulah keadaan ketika Pak Har memimpin, itupun Pak Har sebenarnya ingin menjadi kades seumur hidup. Tapi untunglah itu tidak terwujud. Saat itu, kakek-nenek kami dipaksa untuk melupakan Kades sebelum Pak Har, yaitu Kades Pertama Desa Indobolon. Namanya Pak Kar, kata sesepuh kami, Pak Kar sangat memukau ketika sedang berpidato, semua warga mendengarkan. Kasihan Pak Kar, kekuasaannya direbut dengan paksa oleh anak buahnya sendiri, Yaitu Pak Har.


Semenjak Pak Har turun, desa kami seolah tertatih untuk bangun kembali. Bayangkan saja, kami terlena selama tiga-puluh tahun dibawah kepemimpinan Pak Har. Pak Har orangnya memang mudah tapi agak sulit ditebak. Beberapa orang menghilang setelah melancarkan protes terhadap Pak Har keesokan harinya. Kami sempat berfikir, bahwa Pak Har memimpin desa kami, Indobolon layaknya sebuah kerajaan. Dimana semua sektor kepenguasaan masih sanak-famili Pak Har. Pada akhirnya kami bersatu untuk menurunkan Pak Har, meskipun hal itu membutuhkan tumbal. Beberapa dari kami meninggal dunia ketika memaksa Pak Har turun. Dan berhasil.
Setelah Pak Har, desa kami dipimpin bermacam-macam wajah unik. Pak Har turun digantikan seorang professor pembuat pesawat terbang lulusan dari Jerman. Sayang, beliau hanya beberapa bulan. Mungkin beliau kurang cakap untuk menjadi pemimpin, cocoknya jadi ilmuwan saja, begitu celoteh warga kebanyakan. Sang pembikin pesawat turun digantikan oleh anak perempuan dari Pak Kar, Pak Dur. Pak Dur sepertinya terlampaui cerdas dan pintar memang. Sikapnya yang tidak mudah ditebak membuatnya semakin unik. Pak Dur memang tak mempunyai penglihatan yang bagus, tapi berkat dia, penderitaan korban-korban yang diakibatkan oleh perbuatan Pak Har dibebaskan, termasuk orang-orang keturunan china di desa kami. Hanya sebelas bulan Pak Dur memimpin, dan kemudian ada beberapa pihak yang merasa harus menyingkirkan Pak Dur yang notabene dari pesantren dan mempunyai basic pemahamana agama yang sangat bagus. Pihak-pihak yang menyingkirkan mungkin takut terusik prilaku bejatnya, yaitu maling uang kas kami.

Desa kami, Indobolon memang terkenal kaya raya, para pejabatnya. Uang kas kami meamng sering dicuri dan disalahgunakan. Terkadang kami benar-benar muak akan semua ini, uang kas kami selalu diambil oleh para pejabat yang berkepentingan. Memang uang kas kami bukan semuanya dari iuran rutinan, tapi seperti yang diketahui, desa kami kaya melimpah. Tambang emas pun ada, tapi entah kemana hasilnya kami tak pernah merasakan. Menurut kabar yang tersiar, desa kami tingkat kemalingannya bisa dikatakan nomer satu di banding desa-desa tetangga seperti Desa Malangya, Desa Singpupur dan lainnya.

Setelah Pak Dur turun, digantikan oleh Bu Wat. Orangnya sedikit gemuk, ada tahi lalat di dekat bibir. Namun Bu Wat tak lama memimpin, banyak yang kurang puas. Banyak yang berasumsi bahwa perempuan belum terlalu cocok dan pas untuk memimpin desa kami yang masih tertatih dan belum mapan. Beberapa juga heran, Bu Wat adalah anak Pak Kar, tapi bakat berorasinya Pak Kar sama sekali tidak menurun kepada anak-anaknya, tanpa terkecuali Bu Wat. Bu Wat turun dilanjutkan oleh Pak Bey selama dua periode.

Selama dua periode, Pak Bey termasuk kategori kades aneh. Beliau tidak hanya pemimpin, tapi juga seperti penyanyi. Pak Bey memiliki beberapa album lagu dan beberapa buku. Selain itu, hal yang membuat aneh, beliau suka sekali menegluh dan curhat kepada kami. Bukankah itu seharusnya terbalik. Pernah beliau curhat bahwa dua periode ini dia menahan untuk tidak menaikkan gajinya sendiri. Terlampau aneh memang. Belum lagi isteri beliau, yang selalu pasang foto-foto terbaru di media sosial setelah jalan-jalan. Dan namanya media sosial, siapapun bebas berkomentar, tapi isterinya Pak Bey suka marah-marah dan menjawab ketus apabila ada orang-orang yang niatnya bercanda berkomentar. Dan masalah ketegasan, sama sekali tidak terlihat, padahal beliau adalah mantan pejuang.

Dan sekarang, bulan-bulan dimana masa tugas kades mellow berakhir. Hanya ada dua calon pengganti, adalah Pak Owo dan Pak Owi. Kami dulunya mengenal Pak Owo dan Pak Owi adalah pasangan. Mereka bekerjasama dan berencana menggantikan tugas Pak Bey sebagai satu tim solid. Tapi entahlah, kenapa mereka menjadi saling berlomba dan bersaing untuk menggantikan posisi Pak Bey sekarang. Keadaan desa sedikit memanas memang. Kubu-kubu yang mendukung saling menonjolkan diri dan mencari dukungan kesana-kemari. Beberapa golongan memunculkan diri sebagai pendukung Pak Owo dan Pak Owi. Berbagai kelompok. Tapi yang jelas kami, sebagai warga biasa, sedikit bingung dan terkadang terjangkit rasa malas untuk terlibat. Bercermin dari yang sudah-sudah toh desa Indobolon tetap saja ketinggalan dari desa-desa yang lain dan maling masih saja dilegalkan, seolah-olah.

Tapi gegara menjelang pilihan kades baru ini. Kami dihadapkan pada situasi yang tidak nyaman. Terkesan saling membelakangi dan menyusun strategi. Beberapa kelompok sudah memplokamirkan diri memilih satu sama lain. Para orang berpengaruh memanfaatkan pengaruhnya untuk mempengaruhi warga satu sama lain. Sekarang desa kami yang selama ini hanya melancarkan protes kepada Pak Bey selama sepuluh tahun kepimpimpinannya, mencari terbagi dua kelompok masing-masing pendukung Pak Owo dan Owi.

Berita-berita tak sedap pun keluar masuk dari telinga kami. Entah kebaikan ataupun keburukan kedua pasangan dikorek total demi mencapai tujuan mereka. Yaitu menjadi Kades Desa Indobolon. Kami sebagai rakyat biasa, warga biasa terkadang sampai bingung memilih yang mana atau sebaliknya, secara cuek asal memilih atau tidak sekalipun.

Tapi bukankah ini kesempatan yang bagus untuk memperbaiki desa ini. Tapi ini adalah tugas yang teramat berat untuk dilakukan. Dan tentunya, tidak ada salahnya mencoba. Yasudahlah, kita lihat saja, siapa yang bakal menang di tanggal 9 besok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku, Pesta dan Cinta : mengenang kembali Soe Hok Gie

Syakal dan I'jam

Sejarah Fatayat NU "Cabang Jepara"