Cerpen - Tanah Kami
Ini tanah kami, yang menghidupi kami selama ini. Diambil secara paksa meski menukar tetap saja seperti sebuah kejahatan bagi kami. Ingat, nenek moyang kami bukanlah seorang pelaut seperti lagu tempo dulu, tapi seorang petani. Negara ini, pun kepualauan, bagi kami bukanlah negara maritim tapi agraris. Jangan ambil tanah kami lagi. *** Kurang lebih memakan waktu tiga jam perjalanan dari pusat Kota Yogya menuju ke barat, menyusuri sepanjang pesisir pantai selatan. Menggunakan bis yang lebih cocok dipamerkan di museum daripada harus mengangkut orang-orang. Sekejap setelah menikmati jalanan yang mulus dan lebar, Jalan Daendeles seperti proyek yang dengan sengajanya tak diselesaikan. Menahun melewati jalan itu, yang dari pusat kota begitu mulus ketika mendekati perbatasan hingga sampai kampung kami hanyalah bebatuan besar yang tertata tak rapi. Mengguncang perut. Selain itu, bis yang tak layak pakai dan satu-satunya penganggkut kami sehari-sehari menuju kota jalannya begitu l...