Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Cerpen - Malam Merindu

Kembali aku buka memori. Tentang aku dan kamu. Dimana kita bertemu dan disatu padankan dalam sebuah janji. Yang kita ukir bersama penuh sakral melalu ikatan jari kelingking. Pertanda keseriusan dan tak ada kata main-main. Di atas tebing yang teramat tinggi. Yang mana di bawah ada sungai berair biru langit. Entah arusnya deras atau tidak, kita hanya menebak, karena dari ketinggian tak terlihat. Pada hari itu, aku tak jemu di dekatkan dengan dirimu. Mendengar suara-suara terkecil darimu. Senyum dan sesekali sebalmu malah membuatmu terlihat semakin cantik. Benar-benar cantik. Dalam balutan kerudung putih nan tipis membalut rapi membungkai manis indah dan wajah manismu. Balutan penghangat tubuhmu itu berwarna pink. Apapun yang kau kenakan hari itu, teringat betul dalam memoriku. Kau sangat manis sayang. Mendengarkan ceritamu. Sesekali membuatmu sebal. Kemudian bercerita lagi di mulai dari hal paling temeh sekalipun sampai hal terpenting: janji kita. Janjimu sayang....

Warung Keparat Mahal: Perasaan Yang Sama.

Pagi ini, kebetulan aku sarapan. Sebenarnya tidak sarapan juga, lebih tepatnya sarapan menjelang siang. Tapi bukan itu intinya yang akan aku ceritakan. Bukan juga kepalang mahalnya makanan yang kudapi saat itu. Bukan. Ya, meskipun dalam sempat mengumpat. Gila juga memang, makanan seperti itu mahal sekali. Mentang-mentang tempatnya nyaman untuk mengobrol sampai mati. Jadi seenaknya saja melabeli harga setinggi langit. Anehnya juga, warung cukup ramai. Teramat ramai malah. Nah, jadi bahas masalah warung. Aku bertemu dengan karibku di sana. Teman lama tentunya, kita slaing mengenal kurag lebih sepuluh tahun. Aku kira itu waktu yang cukup untuk mengenalnya dengan baik. Dan terlebih juga, aku pernah singgah dan melewati beberapa kota lain bersamanya. Aku tak menyangka bertemu dia di warung keparat mahal itu. Toh, aku juga sedang dalam perjalanan. Dan bertemu dengan teman lama di sebuah kota perjalanan adalah sesuatu yang cukup menyenangkan. Setidaknya kita tidak sendiri. ...

Cerpen - Gegara Isteriku Terbunuh

Tepat tiga tahun yang lalu, di simpang lima. Isteriku, dalam keadaan hujan lebat dan sedikit terburu. Dia meninggal dunia saat mengendarai mobil, ia menghindari seekor anjing yang tiba-tiba muncul di tengah jalan. Gegara itu, mobil terpelanting dan seketika itu mobil berkelok menghantam tiang listrik yang cukup besar. Isteriku terhimpit di antara tiang dan ringsekan mobil. Begitulah kata pengantar buku pertama setelah isteriku meninggal. Aku sempat menghilang selama tiga tahun guna menghibur diri sendiri. Aku begitu sangat mencintainya dan dia parahnya sedang mengandung putera kami yang pertama, umur kandungannya hampir empat bulan. Kami sangat mengharapkan kehadiran putera kami, mungkin juga seorang perempuan. Itu bukanlah masalah. Buku pertamaku itu adalah semacam pergulatan diri, berbagai pemikiran dan kegelisahan selama menahun aku hadapi. Tiga tahun bukanlah waktu yang mudah untuk dilalui. Dilalui oleh orang pesakitan, siapa yang akan menyangka.