Postingan

Hidup Ala Diogenes | Catatan Ngaji Filsafat

Apakah membeli mobil, rumah dan barang-barang mewah lainnya masih dalam angan? Melihat pernikahan artis yang habis sekian milyar membuat kita hanya melongo? Menyadari betapa miskinnya dibanding dengan mereka yang bermewah ria? Atau jangan-jangan kita sengaja dimiskinkan oleh sistem? Sistem kapitalis? Atau gaya hidup yang kita anut dan dijadikan pedomanlah yang membuat hidup ini terasa kian miskin? Tenang, saya akan mengisahkan seseorang yang bernama Diogenes. Hidup semasa dengan Alexandre The Great yang dalam catatan sejarah menguasai sepertiga dunia dan mati di angka 30an. Diogenes semacam wali yang sangat disukai oleh The Great. Namun, ia hidupnya meminta-minta. Tidur di dalam tong tengah kota dan selalu di kelilingi anjing-anjing liar. Sebenarnya jika ia mau mengandalkan kedekatannya dengan penguasa tak perlu kiranya hidup berkalang susah demikian. Namun jika ia memanfaatkan kedekatannya itu, buat apa saya ceritakan. Bukankah terlalu banyak penjilat di sekitar kita. Diogenes in...

Android Untuk Bapak | Catatan

Setengah tahun sudah saya membelikan gawai android untuk ibuk. Sebenarnya sudah lama ibuk mengkode ankanya agar punya gawai android. Alasannya sepele belakang, ingin menggunakan aplikasi nara hubung terlaris saat ini, whatssapp. Ibuk bukannya tidak bisa membeli sendiri, jelas itu asumsi ngawur. Ibuk bilang ke saya hanya ingin didampingi saja dalam penggunaan awalnya. Dan saya tipikal orang yang sedikit jeli menyoal barnag elektronik. Jadi ibuk tidak mau gegabah sembarang beli. Padahal paman saya, adik kandung ibuk adalah pemilik 3 warung pulsa. Sahih betul jika menuruti saran paman. Tapi ibuk keukeuh bilang "Karo Iam wae" (sama Iam saja). Saya menunda ibuk untuk punya gawai android sebenarnya tidak lain karena khawatir. Khawatir termakan berita hoax dan mengetahui prilaku busuk saya melalui status-status di media sosial yang tak jarang memaki dan mengumpat. Setelah beberapa bulan ibuk memakai gawai pintar itu, kekhawatiran saya terbukti. Banyak berita hoax dikirim ke say...

Perempuan Bunga Kopi | Cerpen

Dub sedang duduk di kursi yang nyaman, di sebuah kedai kopi yang tak begitu ramai dan juga tidak terlalui sepi di bilangan sepanjang Selokan Mataram Yogyakarta. Ia sedang khusyuk menghisap rokok dan menekuri satu buku   Cinta Tak Pernah Tepat Waktu-nya Puthut Ea . Namun di mejanya ada beberapa buku bertumpuk tidak rapi di antaranya   The Stranger -nya   Albert Camus ,   Arus Balik - Pramoedya Ananta Toer   dan   Sejarah Tuhan -nya   Karen Amstrong . Maklum, lelaki yang rambutnya sedikit kriting dan perut yang tambun memang pembaca buku yang tekun. Ia juga   pernah   menjadi aktivis kelas wahid dan ketua organisasi literasi di kampusnya. Semua tempat duduk di kedai kopi tersebut penuh, hanya kursi di meja Dub saja yang kosong. Ia sedang sendirian. Ia tak juga sedang menunggu Nyuk dan juga tak berharap ada teman yang datang menyusulnya. Beberapa lembar buku dan secangkir kopi sudah dinikmatinya, tiba-tiba lagu yang sebelumnya adala...

Kehidupan Yang Bukan Segalanya | Cerpen

Pertemuan saya dengan Asih terjadi beberapa tahun yang lalu. Sebagai seorang perempuan ia cukup menarik dengan segala apa yang ia miliki. Mulai dari rambut yang tergerai biasa dengan jepit kecil di kapala bagian kanannya. Bajunya pun seperti kebanyakan perempuan, tak begitu seksi namun serasa pas dengan kelonggaran yang wajar. Dari gaya bicaranya pun sopan dan tak terkesan menggurui. Meskipun ia sudah menamatkan pendidikan sebagai sarjana ilmu sosial. Justru dari cara bicaranya, menyampaikan gagasannya itulah ia menjadi menarik. Setidaknya buat sebagian laki-laki yang sepekerjaan dengannya. Karena jika melihat dari segi penampilan dan fisiknya saja, Asih tidak tergolong perempuan yang bikin laki-laki melirik. Namun jika mengenalinya secara mendalam. Hampir tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menyukainya. Pun dengan teman sejawat lainnya. Kedekatan saya dengan Asih adalah sebuah keberuntungan. Selain dalam satu divisi yang sama dalam pekerjaan. Kita juga sering b...